RI-NewsGRESIK , Di Desa Leran, Manyar, Gresik, Jawa Timur, terdapat sejumlah makam yang panjangnya mencapai 9 meter. Salah satunya adalah Makam Siti Fatimah Binti Maimun, yang panjangnya 9 meter!
Berapa panjang sebuah makam yang pernah Anda lihat? Mungkin, paling panjang seukuran tinggi rata-rata manusia. Nah, di kompleks makam yang telah diresmikan sebagai situs bersejarah dan cagar budaya di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, terdapat sejumlah makam yang panjangnya mencapai 9 meter. Nama resminya adalah Makam Siti Fatimah Binti Maimun, dikenal juga dengan nama Makam Panjang.
Menurut juru kunci Makam Panjang, Hj. Ainur Rofiah, sebagian besar jasad yang dimakamkan di tempat ini adalah para penyebar agama Islam dari Malaka pada tahun 1.000-an. Salah satu makam yang juga menjadi nama situs ini adalah makam Siti Fatimah. Beliau adalah putri penyebar agama Islam dari Malaka, Sultan Mahmud Mahdad Alam (Maimun). Siti Fatimah meninggal di usia 18 tahun sesaat setelah terserang wabah penyakit to’un (pagi terserang, sore meninggal atau sebaliknya).
Makam Siti Fatimah terdapat di dalam bangunan kuno menyerupai candi. Bangunan ini didirikan oleh Raja Brawijaya pada masa itu sebagai ungkapan balas budi Raja Brawijaya kepada Sultan Mahmud yang telah memberinya buah delima berisi intan dan perhiasan-perhiasan lainnya. Selain itu, bangunan ini juga menjadi penebus rasa bersalah Raja Brawijaya karena telah menolak perjodohan Siti Fatimah dengan putranya.
Beberapa meter dari pintu gerbang kompleks makam, sudah terdapat dua buah makam panjang di kanan dan kiri jalan, yaitu makam Raden Ahmad dan Raden Said. Keduanya disebut sebagai penjaga atau penerima tamu. Beberapa langkah kemudian, terdapat pintu gerbang lagi dengan tulisan “Mintalah pada Allah”. Rupanya, ini adalah peringatan kepada para peziarah yang salah pemahaman tentang konsep doa.
Beberapa peziarah kadang meminta sesuatu kepada orang-orang yang telah dimakamkan itu untuk kelancaran rezeki, jodoh, atau keturunan. Padahal, seharusnya mereka memohon hanya kepada Allah. Tujuan berziarah ke makam adalah untuk mendoakan arwah para jenazah dan mengambil pelajaran tentang perjalanan hidup mereka.
Bangunan makam Siti Fatimah menyerupai sebuah rumah batu dengan tinggi sekitar 8 meter. Meski telah ditumbuhi lumut, bangunan ini masih tampak kokoh. Pintu kayu bangunan ini sangat kecil sehingga memaksa peziarah menunduk saat memasuki bangunan. Kabarnya, tujuan dibuatnya pintu kecil adalah agar para peziarah melangkah sopan atau menunduk saat masuk sebagai bentuk penghormatan. Aroma wangi tercium tajam. Meskipun cuaca di luar panas, hawa di dalam bangunan justru dingin. Mungkin karena bangunan ini cukup tinggi dan dilengkapi sejumlah lubang ventilasi. Seluruh dinding dan lantai bangunan berwarna putih. Tak terkecuali batu nisan makam.
Di dalam bangunan ini terdapat lima makam. Makam paling istimewa adalah makam Siti Fatimah yang ditutup kain tirai berwarna hijau. Di batu nisan makam tersebut tertulis, Siti Fatimah wafat pada tahun 1081 Masehi atau 474 Hijriah. Sedangkan empat makam lainnya adalah makam saudara-saudaranya, yaitu Putri Seruni, Putri Keling, Putri Rucing, dan Putri Kamboja.
Menurut buku Sejarah Makam Panjang karya Abu Qotadah, untuk mendirikan bangunan ini, Raja Brawiijaya dibantu oleh pasukan jin Islam hanya dalam dua jam, yaitu pukul 22.00-24.00 WIB. Sebenarnya, Raja Brawijaya ingin mendirikan bangunan yang lebih besar dan megah dalam semalam. Namun, pada tengah malam, ayam jantan telah berkokok dan para jin itu menyangka hari telah pagi. Mereka pun berhenti bekerja dan membiarkan bangunan ini setengah jadi.
Lima makam dalam bangunan itu panjangnya masih sama dengan makam pada umumnya. Untuk berziarah ke makam panjang, kami harus keluar bangunan dan berjalan lagi sekitar 100 meter arah timur. Di sana terdapat makam Sayyid Kharim, Sayyid Ja’far, dan Sayyid Syarif. Ketiganya berada dalam satu areal yang dibatasi pagar setinggi pinggang orang dewasa. Mereka adalah saudara-saudara Sultan Mahmud atau paman Siti Fatimah. Panjang masing-masing makam sama, sekitar 9 meter.
Selain itu, masih ada tiga makam panjang lainnya, yaitu makam Sayyid Jalal, Sayyid Jamal, dan Sayyid Jamaluddin. Mereka adalah para prajurit Sultan Mahmud yang diberi kuasa untuk memegang dan mengurus barang-barang puasaka pada masa itu.
Menurut Bu Ainur, mereka yang dimakamkan di sana sebenarnya tidak memiliki tinggi badan hingga 9 meter. Makam-makam ini dibuat panjang sebagai simbol perjalanan dan perjuangan panjang mereka dalam menyebarkan agama Islam.
“Tinggi badan mereka ya sama seperti kita. Saya beberapa kali diketoki (Jawa: diperlihatkan wujud mereka),” terangnya. ( Pam – Sumber: detikTravel)
Comment here